Antara Parodi dan Realitas; Pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa Pada Abad Modern


Rabu sore itu tanggal 22 Mei 2013 penuh isak tangis haru dan kangen setelah puluhan tahun bahkan berabad-abad tak pernah bertemu lagi. Mereka memang manusia biasa tapi hari itu berbeda. Masing-masing memerankan sesuai dengan terunannya masing-masing. Yang beraliran putih maupun hitam sore itu suka atau tidak suka harus bertemu. Mereka berdatangan dari pelbagai tempat sesuai dengan kesaktiannya masing-masing. Yang beraliran hitam, menangis tersedu meminta ampun kepada Sang Ibu dan mengharap ampunan dari Sang Pencipta. Ia berjanji di depan para tetua dan para Waliyullah, bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Para penjaga gudang harta amanah pun unjuk diri sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Di punghujung pertemuan itu, Paduka Yang Mulia, demikian mereka menyebutnya, hadir dengan suara lantang. Ia mengabarkan bahwa inilah saat yang paling dinantikan. Konon, Ia tidak hanya diharapkan oleh bangsa Indonesia tetapi juga manusia yang ada di planet ini. Ia menyesali, bila melihat kaadaan bangsa yang ia dulu pimpin, kini menjadi bangsa yang kerdil, dan bermental buruk. Yang ada di otak para pejabat negaranya hanyalah bagaimana “merampok” harta negara dan rakyat. Andaikan ia bisa membagikan harta amanah ini begitu saja, maka ia ingin membagikannya secara langsung kepada rakyat miskin, korban kerakusan penguasanya sendiri. Ia berpidato seperti layaknya ia masih menjadi seorang pemimpin revolusi ketika itu. Audiencenya kali ini berbeda, mereka bukan rakyat biasa, tetapi para pemuka dan tokoh besar di zamannya masing-masing.

Bung Karno duduk bersebelahan dengan Nyai Gunung Salak dan Kanjeng Ratu Pantai Selatan. Nyai sakti marah. Ia marah karena banyak harta miliknya telah dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Nyai marah kepada pejabat Indonesia sekarang yang serba korup. Inilah pertanda bahwa bangsa ini telah hancur. Jadi pemimpin itu menurutnya harus ikhlas, beribadah juga harus ikhlas. Bahkan kunci ibadah kepada Tuhan itu adalah ikhlas, bukan mengharapkan imbalan. Nah, ikhlas itu yang sudah tidak ada. Bagaimana Tuhan nggak marah, kalau ibadah saja tidak ikhlas.

Nyai Gunung Salak dan Ki Djoko Tingkir alias Panglima Samber Nyawa adalah yang paling ditakuti sore itu. Satu demi satu tubuh dan hati peserta sidang “Parodi dan Realitas Makna Konsepsi Manusia” dilihat oleh Nyai dan Ki Djoko. Yang kotor dipersihkan, yang penyakitan disembuhkan. Bahkan yang tubuhnya menjadi sarang setan, hari itu dicuci bersih. Pokoknya peserta sidang tidak boleh ada lagi yang berpanyakitan dan berhati kotor. Bahkan bos para kurawa (mahkluk jahat) pun sore itu disikat habis. Nyi Blorong yang selama ini mencemarkan nama baik Ratu Partai Selatan, hari itu datang bersimpuh dan minta maaf kepada ibu kandungnya (Ibu Ratu). Bahkan ia diambil sumpah oleh Nyai Gunung Salak di depan Wali Songo, untuk tidak mengulangi perbuatan terkutuknya selama ini. Bahkan Nyai Gunung Salak dan Pangeran Samber Nyawa semula diminta untuk mengakhiri hidupnya, karena Sang Ibu tidak mau memaafkannya. Tetapi, aliran putih tidak menganut asas itu. Ia hanya di kerangkeng dan diambil kesaktiannya. Anak Ratu ini dituding penyebab raibnya harta nenek moyang selama ini, dan jadi penghambat jalannya kebajikan di bumi persada. Bahkan ia menjadi penebar teror di mana-mana. Pokoknya sidang hari itu adalah pertemuan luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di penghujung rapat luar biasa itu, Nabi Adam dan Siti Hawa hadir melalui frekwensi yang luar biasa. Peserta sidang sungkem pada Ibu dari segala Ibu manusia ini. Derai air mata pun tak henti. Semua peserta yang hadir bersimpuh. Doa penutup yang disampaikan oleh Bung Karno, lalu dilanjutkan doa oleh Para Nabi dan terakhir panjatan doa dari moyang manusia, Nabi Adam As menghadirkan Tuhan, Sang Khalik. Saat itu peserta pertemuan itu langsung sujud di lantai sambil berdoa dan derai air mata. Suasana sepi sesaat.

Inilah pertemuan yang penulis istilahkan dengan nama “Antara Parodi dan Realitas Makna Kehidupan Manusia.” Sebuah konsepsi yang berdimensi antara satu alam dengan alam lainnya. Mereka adalah generasi manusia yang berbeda zaman, alam, dan frekwensi hidup. Tetapi sore itu dapat bertemu dan saling tegur sapa serta bertukar cerita dan kesaktian. Ialah sebuah konsepsi alam quantum berdimensi bahwa alam ghaib memang ada dan berhubungan dengan dunia realitas.

Tak banyak yang dapat penulis ceritakan atas peristiwa itu, karena memang belum ada teori yang mampu mengurai soal fenomena alam ini. Apabila tidak cermat, maka tulisan akan menjadi sebuah ilusi dan halusinasi. Tetap akan menjadi lain, pemahaman realitas makna kehidupan manusia bila dipahami secara Ilahiyah (petunjuk Tuhan) dengan Aqliyah (pemikiran manusia) dipadu menjadi sebuah konsepsi dan teori tentang pemahaman serta pemaknaan baru konsepsi kehidupan dalam konteks kekinian. Bahwa kebenaran itu pasti akan datang. Ialah konsepsi Demi Massa. (catatan: bagi yang mengutip tulisan ini harus menyebutkan sumbernya, untuk menghindari denda sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku di negara Republik Indonesia). Salam.

20130524-011129.jpg

6 pemikiran pada “Antara Parodi dan Realitas; Pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa Pada Abad Modern

  1. Ah! Q gk percaya masa para nabi,walilloh,nabi adam,ibu hawa kok bisa wujudkan dirinya ke pada orang sareat, ah itu MUSTHIL!!, itu paling2 mbah gusdur sedang sholawat tanpo wathon kali, q gk percaya itu hanya dongeng anak kecil yg mau bobo’ yg minta di dongengkan MUSTAHIL!!

    Suka

  2. ada lokasi di daerah gunung salak berupa taman, sangat indah dengan rumput yg begitu terawat, jalan masuknya ilalang yg cukup tinggi melebihi tinggi tubuh manusia normal? dengan jalan batu yg berlumut..??seperti itukah gambaran tempatnya mas? heheh
    Wallohualam bisshowab…..

    Suka

  3. wah ternyata banyak yg tertipu,para wali para nabi para rosululloh waktu hidup masanya aja gak ngurusin perkara keduniaan,apalagi skrg.tambah parahnya lagi dikatakan nabi adam menghadiran alloh,naudzubillah,alangkah lemahnya alloh,padahal alloh sgala maha

    Suka

  4. Alhamdulillah..salam kenal kang.saya percaya dan yakin sekali dg tulisan anda.salam rindu saya ucapkan kepada leluhur leluhur suci.andi maskuri asuhan jagakarsa.

    Suka

Tinggalkan komentar